Desain tanpa judul (2)
Hindari Fenomena “No-Life” Era Kurmer

#Artikel Populer

Oleh: Adelia Prachika Ayu 8B

Apa itu “No Life”? No Life dalam bahasa sehari-hari lebih sering terdengar dengan istilah Nolep. Menurut laman Detik Jabar, istilah Nolep biasa digunakan untuk menggambarkan seseorang yang ansos alias anti sosial, enggan bersosialisasi, kurang bergaul, dan cenderung tidak memiliki kesibukan apa-apa. Fenomena nolep banyak ditemui masyarakat modern. Ada banyak alasan mengapa seseorang lebih memilih sendiri. Mulai dari kenyamanan hingga pengaruh teknologi yang semakin canggih.

Apakah Kurikulum Merdeka membuat generasi semakin Nolep? Apa hubungan Kurmer dengan Nolep? Generasi masa kini bisa merasa Nolep, tapi akankah Kurmer membiarkan generasi samakin tanpa arah di masa depan?

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi Nolep. Seperti, faktor lingkungan keluarga yang tidak harmonis. Hal itu dapat menyebabkan trauma masa kecil dan timbulnya rasa kurang percaya pada orang lain. Selain dari keluarga, penggunaan gadget berlebih bisa juga membuat seseorang ansos dan malas keluar rumah.

Nolep memiliki dampak positif seperti, produktivitas dalam hobi dan minat. Bagi sebagian orang menghabiskan waktu sendirian memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada minat yang digemari. Meski memiliki sisi positif, perilaku nolep yang berlebihan dapat membawa berbagai dampak negatif. Seperti, resiko terhadap kesehatan mental. Berada dalam kondisi isolasi sosial yang lama akan menyababkan gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan.

Nolep memang bisa memberi ketenangan, tapi harus diimbangi dengan interaksi sosial agar kesehatan mental tetap terjaga, seperti mulai aktif bersosialisasi untuk keluar dari zona nolep. Bergaullah dengan orang lain dan jangan mengurung diri terus di rumah. Kurikulum Merdeka mengarahkan kita pada kehidupan yang setimbang. Kita perlu untuk bekerja secara mandiri, namun tidak melupakan proses kerja kolaboratif. Dengan demikian, pelajar di era Kurmer terhindar dari fenomena No-Life yang berbahaya.

Dalam hal ini lingkungan yang supportif, teman sebaya, sangat berperan. Selain itu, peran orang tua juga sangat penting untuk memastikan buah hatinya mendapat kasih sayang yang cukup. Kurikulum Merdeka yang sudah berlangsung selama ini tampak cukup untuk menjaga intensitas interaksi setiap lini yang berkaitan dengan siswa-siswi. Tak sempat katakan “No-Life“. Dengan Kurikulum Merdeka kita senantiasa, “Learn for life, life for learn”. (adl)

 

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait